PENGUMUMAN

blog ini pindah lokasi ke http://wahyunurdiyanto.com terima kasih
Jumat, 16 November 2007 | Label: | 2 komentar |



Demo Warga Korban LapindO Nyaris Bentrok Dengan Polisi

Gagal bertemu dengan presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat 20 warga Sidoarjo yang menjadi korban lumpur panas lapindo kecewa.
Aksi demonstrasi di depan Istana Negara menuntut pencabutan pepres 14/2007 yang semula berjalan damai menjadi ricuh.
Aksi saling dorong tak terelakkan. Warga yang sudah tersulut emosi terus mencoba merangsek maju menuju jalan mencoba berdemo di tengah jalan Medan Merdeka Barat.
Petugas polisi yang berjumlah dua kali lipat dengan cepat menutup dan mendorong mundur para warga untuk menjauh dari badan jalan.
Keributan menjadi memuncak, setelah beberapa polisi dengan kasar mencoba memecah kekuatan pendemo dengan memasukkan tiga warga ke truk rantis.
Aksi ini menyulut kemarahan, hingga terjadi aksi tarik menarik antar polisi dengan warga yang mencoba mengeluarkan rekan mereka dari truk polisi.
Beruntung keributan tidak menjadi lebih parah, setelah polisi sepakat mengeluarkan tiga warga yang sempat dimasukkan ke truk ke kelompoknya.
"Kami hanya ingin bertemu presiden, tapi pihak Istana meminta kami berkirim surat dulu karena memang aturan protokolernya seprti itu," ucap Wawan, kordinator warga.
"Tapi apa presiden juga berpikir, jika Lapindo minta ijin kami dulu saat menenggelamkan rumah-rumah kami di sana," lanjutnya.
Warga yang berasal dari dari desa Renokenongo, Jatirejo dan Permisan yang berdemo di Istana dan telah di Jakarta sejak Minggu lalu, adalah sebagian kecil dari sekitar 700 KK yang menolak proses pembayaran ganti rugi sebesar 20 persen seperti yang termaktub di Pepres 14/2007.
Selain meminta pencabutan pepres yang dinilai tidak adil, mereka juga menuntut agar menteri Kesra Aburizal Bakrie, yang juga pemilik PT Lapindo Brantas agar di pecat.(persda network/why)

Medley, Garis Batas Impian Lelaki

Rabu, 14 November 2007 | Label: | 3 komentar |


lumayan untuk di tonton, [sungguh]


Miskin tema, plot cerita ala kadar yang kerap menjadi momok film nasional, sepertinya sedikit terpecahkan dengan kehadiran sebuah film serius Medley, Garis Batas Impian Lelaki yang bercerita tentang fenomena-fenomena nyata dalam kehidupan.
Medley, memang belum memunculkan impian akan kehadiran film bagus di tengah kuatnya permintaan pasar akan film-film bertema horor atau percintaan remaja. Namun setidaknya, film garapan sutradara Franklin Darmadi ini menjadi sebuah alternatif tontotan baru sangat sayang untuk di lewatkan.
Film ini sendiri mulai tayang di jaringan Bioskop 21 mulai 22 november mendatang.
Film yang diproduksi oleh Shambala Pictures bercerita tentang Aditya (Yosi Mokalu) seorang suami yang tengah bimbang menghadapi roda kehidupan yang dijalaninya saat ini.
Sebagai suami yang bekerja di perusahaan asuransi, Aditya selalu dihinggapi perasaan jika langkah yang ditempuhnya saat ini salah. Hal inilah yang membuatnya tidak bahagia, meski telah mempunyai kedudukan sebagai manajer serta istri dan satu orang putra bernama Rama.
Aditya akhirnya terjebak pada angan-angan untuk merubah hidupnya dengan berandai-andai, termasuk jika dirinya tidak menikahi May (Rachel Maryam) dan memilih untuk bersama wanita lain.
GAmbaran berikutnya adalah, Aditya kemudian terjebak pada kejadian-kejadian pararel seperti yang diangankannya.
Seperti saat dirinya memilih untuk sekolah di Belanda dan menikahi pacar lamanya, Ivone (Alexandra Gottardo), atau seorang model dan artis tidak berbakat bernama Dian (Imelda Therinne).
Lonjakan-lonjakan adegan ini, mengingatkan kita pada apa yang tersaji pada film Butterfly Effect (dbintangi Ashton Kutcher). Perbedaanya hanya munculnya tokoh lain, yakni Waluyo (Alex Komang) yang membuat Aditya terbang kedalam angan yang diimpikannya.
Pada ahirnya, penonton pun dibawa pada sebuah kesimpulan jika kehidupan memang terkadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
"Cerita dalam film ini memang diambil dari kenyataan hidup sehari hari. Dan inilah yang menjadi salah satu kekuatan film ini," ucap Franklin Darmadi, Selasa (13/11), saat lounching Film Medley di Plasa Semanggi Jakarta.
Selain penyajian gambar yang bagus,-meski kadang melelahkan dengan banyaknya adegan close up yang membuat mata lelah-, yang perlu dicatat di film berdurasi 97 menit ini adalah penampilan Yosi yang terbilang bagus.
Pria yang lebih dikenal sebagai Yosi Project Pop ini, mampu menghidupkan karakter Aditya, dan terlihat mampu mengimbangi permainan lawan mainnya yang rata-rata sudah kerap bermain film, seperti Rachel, dan Alex Komang.
Tidak hanya itu, penampilan menggoda dari Ferry Ardiansyah yang memerankan sosok Gatot juga cukup menghibur dan mampu membuat munculnya senyum tulus dari penonton.
Kalaupun ada yang kurang, Medley kurang mampu menyajikan dialog-dialog kuat antar tokoh, khususnya antara Aditya dengan Waluyo. Dialog dua tokoh ini seharusnya bisa lebih kuat, karena sutradara memang ingin menekankan pesan-pesan mengenai sakralnya kehidupan berumah tangga, termasuk problem-problem lainnya.(persda network/why)

Medley, Garis Batas Impian Lelaki
Sutradara : Franklin Darmadi
Penulis skenario : Nicko Widjaja
pemain : Yosi mokalu, Rachel Maryam, Alexandra Gottardo, Ferry Ardiansyah, Alex Komang, Magdalena, Imelda Therine.
Produksi : Shambala Pictures
Durasi : 97 Menit
Jenis : Drama
Diputar 22 November 2007

PKNU Kebangkitan Politik Ulama

Senin, 12 November 2007 | Label: | 4 komentar |


Anam : Presiden diserahkan Ke Kyai


Ketua umum Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Choirul Anam mengatakan, pihaknya untuk saat ini belum akan membicarakan masalah calon presiden di pemilu 2009 mendatang.
Partai yang dipimpinya masih akan berkutat pada permasalah pemetaan kader, dan penguatan struktur organisasi didaerah-daerah yang menjadi basis.
"Kami belum akan membicarakan masalah capres, karena memang masih lama. Kami baru akan membicarakan masalah ini akhir 2008 nanti," ucap Anam, disela-sela peringatan hari ulang tahun PKNU di Stadion Bung Karno Jakarta, Minggu (11/11) siang.
Mengenai calon yang akan diusung oleh PKNU, Anam juga masih belum memberikan jawaban jelas. Namun untuk nama calon presiden dari PKNU, Anam menyerahkan hal tersebut sepenuhnya kepada para kyai- kyai yang ada dilingkaran PKNU.
"Kita serahkan semuanya kepada para kyai mengenai siapa yang akan dipilih untuk menjadi presiden. Namun sekali lagi, hal ini memang masih belum dibicarakan," papar Anam.
Peringatan harlah dengan tema Membangun NKRI Bersendi Demokrasi, kemarin diikuti sekitar 5000 massa dari berbagai pelosok Jawa.
Tercatat beberapa kyai NU yang berpengaruh juga hadir dalam acara tersebut, seperti KH Abdulah faqih, KH Sholeh kosim, KH Maruf Amin, KH Abdurrahman Chudori dan lain-lainnya.
Dalam kesempatan itu, Maruf Amin yang berkesempatan memberikan pidato mengatakan, PKNU harus bisa menjadi wadah gerakan ulama.
Dalam pandangannnya PKNU harus bisa menjadi penggerak kebangkitan jiwa keagamaan, karena jiwa religi dalam kehidupan perpolitikan nasional telah hilang.
"Sampai saat ini belum ada partai politik yang dapat dijadikan wadah perjuangan bersama yang sesuai dengan aspirasi dan kehendak para ulama, baik dalam hal asas, struktural maupun platformnya. Sekarang pilihannya adalah PKNU," tegas KH. Maruf Amin.
PKNU sebagai wadah politik ulama, menjadi salah satu keputusan yang dihasilkan dari musyawarah nasional alim ulama yang sebelumnya dilakukan di Hotel Atlet Century Jakarta 9-10 November.
Dalam munas tersebut juga ditekankan, kewajiban para alim ulama untuk menghidupkan kembali kepemimpinan ulama dalam perpolitikan nasional selain upaya penyejahteraan umat. Dan PKNU menjadi wadah yang pas bagi para ulama, karena sifatnya yang islami, moderat dan nasionalis.
Lebih lanjut, Maruf Amin menilai saat ini telah terjadi gerakan- gerakan yang cukup membahayakan dari golongkan ekstrim kanan (fundamental) maupun ekstrim kiri (sekuleris) yang dapat mengancam kelangsungan dan keutuhan NKRI.
"PKNU harus bisa jadi pendulum keseimbangan, dengan menciptakan harmonisasi bangsa serta menjaga NKRI dari ancaman disintegrasi, separatisme, sekularisme dan fundamentalisme," lanjut Maruf Amin.
"Kemunculan ini sebagai akibat dari terpinggirkannya peran politik ulama. Dan melalui PKNU kita gelorakan gerakan politik ulama episode ketiga, setelah gerakan ulama akhir abad 19 dan saat tahun 1952 dimana Nahdlatul Ulama menjadi partai politik." pungkas MAruf Amin.
(persda network/why)

PAsang Queen Di Album Kedua

Minggu, 11 November 2007 | Label: | 0 komentar |



SUKSES yang dicatat album Becak Fantasi tidak pernah diduga sebelumnya oleh Jubing Kristianto, maklum musik instrumen terlebih solo gitar klasik masih belum terlalu populer bagi telinga orang Indonesia.
Becak Fantasi yang berisi lagu anak-anak berjudul Becak, Burung kakaktua, dan Ayam de Lapeh serta beberapa lagu pop 90an memang sukses, sudah 7000 lebih keping kaset dan cd terjual sejak album ini dikeluarkan dua bulan lalu. DAn kondisi inilah yang membuat Jubing semangat untuk membuat album baru. Menurut rencana, album kedua akan dirilis awal tahun 2008 nanti.
Terkait materi lagu di album keduanya, Jubing yang mantan wartawan Tabloid Nova itu masih akan memilih lagu-lagu lawas yang sebelumnya sudah dikenal publik.
Salah satu lagu lawas yang akan jadi andalan di album kedua nanti adalah lagu Hujan karya Ibu Sud dan Bohemian Raphsody milik grup rock Inggris Queen.
"Ini agar orang lebih mudah mendengar dan suka," ucapnya memberikan alasan mengenai pemilihan lagu-lagu lama.
Lagu hujan dipilih karena memang menjadi favorit Jubing sejak masih belajar gitar klasik pas masih duduk di bangku SMP, sementara lagu milik Queen dipilih karena alasan pengarapan musikalitas dan aransemen yang menantang.
DAlam acara Aksi Hijau 2007 penanaman 500 pohon yang digagas oleh Kompas-Gramedia, Minggu (11/11) di kompleks Gelora Bung KArno, Jubing dengan sukarela menampilkan aransemen lagu Hujan kepada para relawan tanam pohon.
Petikan gitar yang halus serta teknik tinggi membuat para penonton terhanyut dan ikut menyanyikan lagu yang biasa dinyanyikan saat hujan turun itu.
"Saya tahu musik gitar klasik masih susah diterima pasar. Karena itu, album kedua ini masih jauh dari gaya gitar klasiknya. Album ini hanya untuk pengenalan. Dan setelah itu, suatu saat nanti saya akan bikin album klasik yang sesungguhnya," lanjut pria kelahiran 9 April 1966 itu.(persda network/why)